Tuesday, October 8, 2019

Begini Sejarah Stasiun Manggarai yang Mau Gantikan Gambir

Menteri Perhubungan (Menhub) sudah mengutarakan jika Stasiun Manggarai diperkirakan jadi pusat stasiun (central station), bukan sekedar untuk KRL Jabodetabek dan juga untuk kereta api jarak jauh. Hal itu diutarakan oleh Budi Karya di Stasiun Manggarai, Jakarta pada Sabtu (5/10/2019).



Diluar itu, gagasan Stasiun Manggarai jadi pusat nanti akan dikerjakan pembangunan menambahkan jalan rel kereta api terutamanya ka lapangan terbang yang sampai kini masih satu jalan dengan KRL Commuter Jabodetabek.

Sebelum ditargetkan jadi pusat stasiun, ini riwayat singkat Stasiun Manggarai.

Baca Juga : Doa Islami

Sebelumnya, semenjak 1913 perusahaan kereta api negara Staatsspoor en Tramwegen (SS) kuasai semua jaringan rel kereta api di Batavia serta Meester Cornelis. SS membenahi lagi jalan kereta api di dua kotapraja itu. Diantaranya ialah pembongkaran Stasiun Boekitdoeri serta mulai membuat stasiun baru di daerah Manggarai.

Stasiun Manggarai mulai dibuat pada 1914 serta diresmikan pada 1 Mei 1918. Pembangunannya di pimpin oleh arsitek Belanda bernama Ir. J. Van Gendt. Waktu itu Stasiun Manggarai mempunyai satu bengkel besar paling komplet yang dipunyai SS untuk merehabilitasi serta membuat lagi kereta, gerbong serta lokomotif uap.

Sewaktu jaman kolonial Belanda, area Stasiun Manggarai mencakup batas Sungai Ciliwung di samping timur sampai ke samping barat yang saat ini jadi Jl. Swadaya. Sedang batas selatan selama jalan Van Goens (Manggarai Selatan 1) serta Boekit Doeri West (Bukit Duri Barat) sampai pagar stasiun di utara yang saat ini jadi Jl. Dr. Saharjo.

Baca Juga : Belajar Agama Islam

Tidak lama sesudah Proklamasi, pada September 1945, Stasiun Manggarai diambilalih oleh beberapa puluh ribu pengunjuk rasa massa pemuda serta buruh kereta api sesudah lakukan tindakan long march dari Stasiun Jakarta Kota. Diluar itu, pada 3 Januari 1946, di area stasiun ini juga semua persiapan rahasia dikerjakan untuk perjalanan Kereta Luar Biasa (KLB) perpindahan Presiden serta Wakil Presiden RI ke arah Yogyakarta.

Thursday, October 3, 2019

Alasan-alasan di Balik Tak Adanya Pasar Malam Sekaten Yogya Tahun Ini

Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) di Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta ditiadakan tahun ini. Apa faktanya?

"Untuk (pemulihan) keadaan Alun-alun (Utara)," jelas KPH Notonegoro, yang memegang Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Kridhamardawa Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kamis (3/10/2019).



Notonegoro menerangkan tidak diselenggarakannya PMPS adalah kemauan Sri Sultan HB X. Faktanya untuk kembalikan semangat Hajad Dalam Sekaten seperti masa awal Kerajaan Mataram Islam di tanah Jawa.

"Pasar malam itu sebetulnya bukan sisi dari Sekaten ya.... Jadi kami coba kembalikan ke semangat Sekaten awal, mumpung peluang sekaligus ini untuk (memulihkan) keadaan Alun-alun (Utara) agar dapat lebih baik," papar suami GKR Hayu itu.

Baca Juga : Cara Menghitung

Keadaan Alun-alun Utara Yogyakarta menjadi perhatian serius faksi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Karena, penyelenggaraan PMPS setiap tahunnya mengakibatkan kehancuran rumput serta berlangsung penimbunan sampah selesai acara di Alun-alun Utara.

"Sebab setiap saat sesudah habis digunakan pasar malam, Alun-alun (Utara) itu tentu keadaannya tidak karu-karuan. Rumputnya kelak habis serta kotor, dan lain-lain," katanya.

Notonegoro lalu menceritakan tentang riwayat PMPS yang diadakan bersamaan dengan Hajad Dalam Sekaten. Menurut dia, diadakannya PMPS adalah strategi faksi kolonial Belanda untuk menghambat syiar Islam serta tutup kekuatan pemberontakan dari warga.

"Sebenarnya (PMPS) itu ada sejarahnya ya. Itu waktu jaman dahulu, sebab Sekaten itu digunakan untuk syiar oleh kerajaan-kerajaan, untuk ceramah, dan terkadang disisipi beberapa pesan semangat perjuangan menantang penjajah," tuturnya.

"Belanda itu yang membuat pasar malam, begitu, untuk merusak perhatian rakyat agar tidak kesana (Sekaten). Dan sesudah lama tidak ada, baru seputar mungkin 30 tahun waktu lalu diselenggarakan pasar malam Sekaten," pungkas ia.

Baca Juga : Rumus Menghitung

Jadi info, Hajad Dalam Sekaten tahun ini akan diadakan pada 3-9 November 2019. Acara itu akan dengan diawali Miyos Gangsa serta disudahi dengan Kondur Gangsa. Satu hari sesudahnya atau tanggal 10 November akan dilaksanakan Garebeg Mulud.

Diwawancara terpisah, Sri Sultan HB X menerangkan jika Sekaten Yogyakarta yang akan datang akan diselenggarakan dua tahun sekali. Ketetapan ini, kata Sultan, sudah disetujui oleh Pemkot Yogyakarta.

"Untuk pasar malam (sekaten) itu dua tahun sekali kesepakatannya dengan (Pemerintah) Kota," jelas Sultan pada wartawan selesai melantik Penjabat Sekretaris Wilayah (Pj Sekda) DIY di Bangsal Kepatihan Kantor Gubernur DIY, Jumat (4/10).